Kamis, 03 Januari 2013

Figur3


Al Imam Ahmad bin Hanbal ( Penegak Sunah di Hari Mihnah )

Nama dan Nasabnya
Beliau adalah al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin T’salabah bin Ukanah bin Sho’b bin Ali bin Bakr bin Wail bin Qasith bin Hanab bin Aqsha bin Da’mi bin Jadilah bin Asad bin Rabi’ah bin Nizar bin Ma’d bin Adnan bin Ud bin Udad bin Humaisi’ bin Haml bin Nabt bin Qaidar bin Isma’il bin Ibrahim Al Khalil.
Kelahirannya
Beliau dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 H di Baghdad

Sifat – sifatnya
Beliau seorang yang berwajah tampan, berperawakan tinggi  kurus dan berkulit kecoklatan. Dikenal dengan kezuhudannya, kekuatan hafalannya, kehalusan adabnya dan selalu menjaga kebersihan tubuh dan pakaiannya.

Guru – gurunya :
Ketika Al Imam Ahmad bin Hanbal berusia 3 tahun ayahandanya meninggal dunia. Semasa kecil beliau sering beliau sering menghadiri majelis Al Qadhi Abu Yusuf, kemudian beliau tinggalkan dan menuju ke majelis hadits. Awal sama’ (mendengar) beliau dalam hadits dari guru – gurunya pada tahun 179 H ketika beliau berusia 15 tahun. Diantara guru – gurunya adalah : Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’I, Ibrahim bin Sa’ad, Husyaim bin Basyir, Abbad bin Abbad al Muhallabi,  Mu’tamin bin Sulaiman at Taimi, Sufyan bin Uyainah al Hilali, Ayub bin Najar, Yahya bin Abi Zaid, Ali bin HAsyim bin BArid, Qaran bin Tamar, Abdur Razzaq dan masih banyak lagi.

Murid – muridnya :
Diantara murid – muridnya adalah kedua putranya yaitu Abdullah dan Shalih, anak pamannya yaitu Hanbal, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I, Ali bin Al Madini, Abdul Razzaq, Ibnu Ma’in, Duhaim, Ahmad bin Shalih al Mishri, Muhammad bin Yahya al Dzuhli, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Baqi bin Makhlad, Abu Bakar al Astram, Abu Bakar al Marudzi, Abul Qasim al Baghawi dan masih banyak lagi.

Pujian Para Ulama Kepadanya :
Ismail bin Khalil berkata; “seandainya Ahmad di Bani Israil maka sungguh dia adalah seorang nabi”. Abu Zur’ah berkata; “ Ahmad bin Hanbal hafal 1 juta hadits”. Ahmad bin Said Ar RAzi berkata; “Aku tidak pernah melihat seorang yanghafal hadits Rasulullah saw dan lebih faham fikih dan maknannya daripada Ahmad bin Hanbal”. Abdur Razzaq berkata; “Aku tidak pernah melighat seseorang yang lebih faqih dan wara’ dibanding Ahmad bin Hanbal”.
Qutaibah bin Sa’id berkata; “Jika engkau melihat seseorang mencintai Ahmad bin Hanbal maka ketahuilah bahwa dia adalah Ahli Sunah”. Asy Syafi’I berkata; “Aku keluar dari Baghdad maka tidaklah aku tinggalkan disana orang yang lebih afdhol, lebih alim, lebih faqih, dan lebih bertaqwa melebihi Ahmad bin Hanbal’. Ali bin Madini berkata; “Allah menjaga kehormatan agama ini dengan Abu Bakar Ash Shidiq di hari Riddah (pemurtadan) dan dengan Ahmad bin Hambal di hari Mihnah (fitnah pemakhlukkan al Qur’an).
Abu Hamman As Sakuni berkata; “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad bin Hanbal dan dia belum pernah melihat orang yang seperti dirinya”. Isa bin Muhammad Ar Ramli berkata; “Semoga Allah merahmatinya, alangkah sabarnya dia diatas dunia, alangkah miripnya dia dengan para pendahulu, alangkah pantas dia digolongkan pada orang – orang yang shalih, ditawarkan dunia padanya maka ia enggan, dipaparkan bid’ah padanya maka dia hilangkan”. Abu Dawud berkata; “Majelis – majelis Ahmad adalah majelis – majelis akhirat, tidak pernah disebutkan didalamnya perkara dunia”.

Diantara Perkataan dan Keadaanya :
Al Imam Ahmad berkata; “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, semua kebaikan adalah bagian dari keimanan, dan kemaksiatan – kemaksiatan akan mengurangi keimanan”. “Barangsiapa yang mengatakan Al Qur’an adalah makhluk maka ia telah kafir”. “Barangsiapa yang mengatakan lafadzku terhadap Al Qur’an adalah makhluk maka dia adalah Jahmy, dan barangsiapa mengatakan lafadzku terhadap Al Qur’an adalah bukan makhluk maka ia adalah Mubtadi”.
Abdullah bin Ahmad berkata; “Aku bertanya kepada bapakku; “Siapakah Rafidhy?” beliau menjawab; “orang yang mencaci salah seorang dari sahabat Rasulullah Saw atau membicarakan kejelekan mereka, aku tidak melihat orang ini beragama islam”. Dikatakan kepada beliau; “Apa yang engkau katakana tentang Ali dan Muawiyah?” beliau berkata; “Aku tidak mengatakan tentang mereka kecuali kebaikan”. Beliau berkata; “Aku tidak pernah bicara kecuali dari Kitab atau Sunah atau perkataan Sahabat dan Tabi’in”.
Perkataan belia; “Janganlah kalian bermajelis dengan para ahli kalam (filsafat) walaupun mereka membela sunnah”. Al Marudzi berkata; “Ahmad bin Hanbal memuliakan orang – orang faqir dalam majelisnya dan kurang memperhatikan ahli dunia, beliau seorang yanh lembut, tidak tergesa-gesa, begitu tawadhuk, selalu tenang dan berwibawa, jika duduk di majelisnya ba’da ashar untuk fatwa beliau tidak berbicara sebelum ditanya.

Cobaannya :
Tidak henti-hentinya kaum muslimin mengikuti manhaj salaf, meyakini bahwa Al Qur’an adalah Kalamullah, wahyu-Nya, turun dari-Nya dan bukan makhluk. Hingga muncullah kelompok Jahmiyah dan Mu’tazilah, mereka mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk, mereka sebaarkan pemahaman mereka secara sembunyi – sembunyi pada kekhalifahan Harun Ar Rasyid. Dari Muhammad bin Nuh bahwasanya Harun Ar Rasyid berkata; “Sampai berita kepadaku bahwa Bisyr bin Ghiyats mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk, demi Allah jika aku dapati dia akan kubunuh dia”.
Al Makmun memaksa kaum muslimin untuk mengikuti pemikiran I’tizalnya dengan ancaman pedang dan penjara. Banyak diantara ulama’ yang dibunuh dan di penjara. Diantara ulama yang dipenjara karena tidak menyetujui pemikirannya adalah Al Imam Ahmad bin Hanbal. Al Imam Ahmad bin Hanbal mengalami cobaan berat pada pemerintahan Al Makmun kemudian Al Mu’tashim dan kemudian Al Watsiq berupa penahanan yang lama, pukulan, cambuk dan ancaman pembunuhan. Beliau menerima ujian itu dengan sabar dan tetap teguh memegang agama yang lurus dan mengharap pahala dari Allah.
Beliau dipenjara selama 28 bulan, ketika dalam penjara beliau mengimami para penghuni penjara sholat dalam kondisi di borgol kakinya. Di penjara beliau mendengar kematian Al Makmun pada tahun 218 H. kemudian beliau dibawa ke Al Mu’tashim pengganti Al Makmun dan dicambuk di hadapan Al Mu’tashim hingga darah mengalir dari tubuhnya. Sesudah itu Al Mu’tashim menyesal dan mengembalikan Imam Ahmad kembali ke kediamannya.
Kemudian meninggallah Al Mu’tashim dan diganti oleh Al Watsiq, dia melanjutkan pendahulunya dalam pemikiran Mu’tazilah. Al Watsiq menulis surat kepada Imam Ahmad bin Hanbal; “Jangan engkau tinggal bersamaku di satu negeri, pergilah engkau kemana engkau mau”. Maka bersembunyilah Imam Ahmad selama hidup Al Watsiq hingga Al Watsiq meniggal. Kemudian datanglah Ja’far Al Mutawakkil menggantikan Al Watsiq, pada zamannya Allah menangkan sunnah dan terangkatlah cobaan. Al Mutawakkil memuliakan Al Imam Ahmad bin Hanbal dan mengagungkannya. Suatu ketika Al Mutawakkil mengirimkan pemberian kepada beliau yang banyak namun beliau menolaknya.

Wafatnya;
Al Imam Ahmad bin Hanbal wafat di Baghdad hari Jum’at 12 Rabi’ul Awal tahun 241 H dalam usia 77 tahun. Semoga Allah meridhoinya dan menempatkannya dalam keluasan surge-Nya.

Rujukan; Abu Aisyah - Majalah Al Furqon Edisi 2 Tahun IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar